Sabtu, 12 April 2014

AKU SAYANG KAMU, AKU SUKA DIA


Aaaaaaaaaaaaaaaaaa…………..”, teriakku saat aku tersentak kaget mendengar suara handphone ku yang udah buat aku jatuh dari dunia mimpi. “ Aduch, siapa sih yang ganggu pagi-pagi buta gini?”, pikirku kesal sambil tanganku meraba-raba di atas meja untuk mengambil handphone. Ku usap-usap kedua mataku, lalu mengangkat telepon dari pacarku.
“ Wira sayang, ngapain sih kamu nelpon pagi buta gini ? Ku masih ngantuk tahu. Mataku masih pengen tidur lagi. Kamu nggak punya kerjaan ya ?”, ceroscosku saking kesalnya dengan bangetan Wira.
“ Varin sayang, jangan marah-marah gitu dong. Ntar kelihatan jelek lo.”
“ Biarin! Emang dasarnya gue jelek. Asal loe tahu aja ya, gue ampek jatuh dari tempat tidur gara-gara loe.”
“ Ups… maaf. Tapi lihat jam dulu dong sayang.”
“ Sayang-sayang, (menoleh ke arah jam), what ? Jam 7 ? Wich aku telat nih! Nggak mandi aja dech!”
“ HAhaha. Ih, bau ah! Ntar tamunya lari lagi Rin.”
“ Ah, nggak bakal. Ku udah pakek parfum yang banyak kok. Udah dulu ya Wir, aku mau berangkat!”
“ Iya-iya. Tapi ingat sembahyang dulu ya RIn. And jangan lupa, hati-hati ya. Bye bye, I Love You.”
“ Iya Wir, thank’s. love you too.”
                Ku tutup telepon dari Wira dan bergegas ke kamar mandiuntuk cuci muka. Setelah berias diri aku langsung sembahyang lalu pamitan dengan Ibu kost. Aku pun berangkat menuju lokasi hotel yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kost ku. Senangnya, pagi-pagi jalan kaki bareng teman-teman kost, sambil menghirup udara pagi Kintamani. Hmmm, sejuk!
                Setibanya di hotel, kami mengabsen diri lalu ke tempat training masing-masing. Dan kebetulan hari aku mendapat tugas di service guide. Aku langsung menuju lokasi service guide. Selesai bersih-bersih, seniorku pun datang dan menanyakan dengan siapa aku tugas hari ini. Aku hanya menggelengkan kepalaku, pertanda aku nggak tahu dan aku memang nggak pernah peduli dengan hal itu. Saat seniorku yang bernama Yasa mau melihat schedule training, seorang cowok pun memasuki service guide.
“ maaf ya kak. Aku telat!”, ucapnya saat di depan pintu.
“ Tugas di sini ya ?”
“ Iya kak.”
                “ Siapa ya cowok ini ? Belum pernah ku melihat dia selama aku training.”, pikirku dalam hati.
“ kok ngelamun ?”, Tanya cowok itu padaku.
“ Nggak kok.!”, jawabku singkat. Lalu ku berlalu meninggalkannya.
                Sore menjelang, nggak nyangka waktu begitu cepat berlalu. Lelah banget ku hari ini. Tapi kenapa ku teringat sama cowok itu. Dan kenapa juga aku nggak kenalan sama dia. Begok aku ah!
“ Mikirin apa sih Rin ?”, Tanya Vhani padaku.
“ ah, aku Cuma ingat sama cowok yang tadi ku ajak tugas di service guide Vhan.”
“ Oh, Nino. “
“ Siapa namanya ?”
“ Nino. Kenapa ? Suka ya sama Nino ?”
                Ku menggelengkan kepalaku. Nggak nyangka aku bakal kenal sama cowok hari ini.” Nino, Nino, Nino…”, ucapku dalam hati. Cowok lucu dan seru,hmmm menarik.
                Keesokan harinya, aku berangkat ke hotel seperti biasa. Sayang, hari ini aku nggak tugas di service guide. Dan aku pun nggak tahu, cowok itu sebenarnya training di bagian mana. Ya, ku hanya berharap bisa bertemu dengannya lagi.
                Ternyata do’aku terkabulkan. Saat aku ke kitchen, aku melihat Nino. Tak ku sanggka dia berada di bagian kitchen. Aku bakalan sering-sering ketemu sama dia nih.
                Hari demi hari berlalu, tak terasa aku sudah 6 minggu berada di hotel itu. Dan hampir setiap hari aku bertemu dengan Nino. Aku tak tahu, apa yang sedang ku rasakan sekarang. Tapi yang pasti, hatiku merasa senang bila bisa melihat Nino. Andai kan saja aku punya nomor handphone-nya. Pasti aku bisa lebih dekat dengannya.
                Malam ini dingin banget. Wira nggak bisa nelpon kau karena dia nggak punya pulsa. HPku terasa sepi. Mau nelpon, pulsaku tinggal 500. Hanya bisa untuk SMS-an aja. Tiba-tiba sebuah nomor baru masuk di handphone ku. Karena tak ada yang ku ajak SMS-an. Aku ladeni saja dia.. ternyata pemilik nomor handphone itu adalah Nino. Dan tanpa basa basi apapun, Nino langsung nembak aku. Aku nggak nyangka, kalau ternyata dia suka sama aku. Tapi, untuk saat ini aku belum bisa nerima dia. Aku nggak mau menduakan Wira. Karena aku sayang banget saama Wira.
                Hari demi hari berlalu, Nino tak pernah menyerah. Dia begitu perhatian sama aku. Berbeda dengan Wira, yang memang dari dulu nggak bisa perhatian sama aku. Sedikit demi sedikit. Hatiku di luluhkan oleh Nino. Hingga suatu hari, saat dia mencoba untuk menembak aku yang kelima kalinya. Tak bisa ku hindari, aku tak tahu bagaimana aku bisa menerima dia. Sedangkan di sisi lain, Wira masih pacarku.
                Semakin lama, aku semakin bingung. Aku tak bisa membohongi Wira. Aku nggak mau menyakiti dia. Dan pada akhirnya, aku pun mengatakan yang sesungguhnya pada Wira, bahwa aku sudah memiliki pacar lain, yaitu Nino. Tapi sayang, Wira nggak mau ngerti sama aku. Dia pikir aku udah nggak sayang lagi sma dia. Hingga akhirnya dia memutuskan hubunganku dengannya. Tak dapat ku ingkari, sakit hati ini menerima kenyataan bahwa Wira bukan milikku lagi. Dan rasa sayangku untuknya, masi ku pendam entah sampai kapan.
                Waktu terus berlalu, tak terasa masa trainingku telah usai. Dan besok adalah hari terakhir aku melihat Nino. Jujur, aku sedih untuk menghadapi hari esok. Karena aku akan meningglkan Nino dan senior-seniorku. Aku juga akan meningglkan semua kenanganku dengan Nino. Karena aku dan Nino tak memiliki harapan untuk bersama. Jarak kami terlalu jauh.
                Hari ini, semua terlihat sedih. Perpisahan untuk para training, senior-seniorku banyak yang menangis. Membuat hatiku semakin sedih, dan tak mampu berucap sepatah kata pun. Begitu pula aku dan Nino. Kami hanya bisa diam dan hanya bisa menatap satu sama lain. Hingga akhirnya, dia mulai bicara,
“ Rin, kayaknya kita nggak bisa lanjut lagi dech!”
                Mendengar ucapan Nino, aku nggak bisa menjawab apa-apa. Hanya air mataku yang terus mengalir di pipiku.
“ kamu jangan nangis. Aku harap kamu nggak kecewa sama aku. Dan maafin semua kesalahan aku selama ini ya Rin.”
                Hanya itu yang Nino ucapkan untuk terakhir kalinya padaku. Acara perpisahan usai, ini pun pertanda bahwa training ku telah usai. Aku pun kembali ke kampung halamanku. Tempat dimana aku memiliki banyak kenangan dengan Wira, cowok yang paling ku sayang namun pada akhirnya meninggalkanku. Orang tuaku pun bertanya-tanya mengapa aku bisa putus dengan Wira. Memang nasibku kurang beruntung. Tapi kalau jodoh, nggak bakalan kemana-mana. Yang aku tahu sekarang, Aku sayang bangett sama Wira dan aku masih menyimpan sedikit rasa suka dengan Nino,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar